TOEFL PREPARATION COURSE

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 15 April 2012

Detik-Detik Bangkitnya Ekonomi Syari'ah


Masih ingatkah Anda tentang perkara raksasa yang menggegerkan dunia yang terjadi pada tanggal 23 September 2008 lalu? Saat itulah perusahaaan raksasa dunia ambruk dan bangkrut. Fenomena kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat tersebut membuktikan bahwa mereka hanya mengejar keuntungan dengan menghalalkan segala cara.

Sampai detik ini, krisis ekonomi kapitalis telah terjadi berulangkali. Dari Rusia sampai ke Venezuela, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini menyebabkan penderitaan ekonomi, pendapatan menurun, kelaparan, kerusuhan, dan meningkatnya kriminalitas.

Sangat disadari bahwasannya system ekonomi kapitalis hanya lebih mengutamakan pemilik modal, memperlakukannya sebagai raja atau ratu, sebagai motor penggerak, inisiator, leader dan otomatis akan menjadi penerima berkah. Di sisi lain, pekerja dan profesional sebagai pelengkap penderita saja. Parahnya, kapitalisme sangat mengabaikan aspek moral dan ketuhanan. Dasar filosofi rasionalisme sekuler inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan yang berdampak pada kerusakan alam, kemiskinan, kerusuhan sosial, hingga menimbulkan berbagai krisis berkelanjutan.

Pondasi Kapitalisme adalah berdasarkan ekonomi moneter bukan berdasarkan ekonomi ril, sehingga rente ekonomi yang diperoleh bukan berdasarkan hasil investasi produktif, namun dari investasi spekulatif. Masyaallah.

Sudah tak perlu kita persoalkan perkara-perkara system ekonomi kapitalis yang rakus dan ketidakjujuran yang mewarnai perekonomian dunia. Sebagaimana tagline kapitalisme adalah kepuasan individu yang maksimum, mengejar keuntungan semata, dan memisahkan kehidupan ekonomi dari nilai-nilai agama sehingga banyak terjadi moral hazard. Krisis ini membuktikan bahwa sistem perekonomian kapitalis telah diujung kehancuran. Sistem yang memperbolehkan pelaku bisnis melakukan kegiatan- kegiatan spekulatif tinggal puing-puing yang menyisakan kesengsaraan. Praktek spekulatif dalam transaksi di pasar modal dan pasar valas ini membuat sektor moneter menggelembung atau dikenal dengan bubble economi, tetapi tidak didukung sektor riil yang kuat.

Permasalahan ini harus diatasi dari inti dan akar permasalahannya serta harus dianalisis guna menetapkan solusinya dengan menerapkan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar ilmu Islam.

Ekonomi syariah menuntun prilaku berekonomi agar memperoleh kesejahteraan. Perilaku ini terkait dengan landasan syariat sebagai rujukan moral dalam fitrahnya, yang terbentuk dengan dasar nilai Ilahiyah.

Perbedaan mendasar ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional (kapitalis dan sosialis) terletak pada sumber utama prilaku dan infrastruktur ekonomi syariah yaitu al Qur’an dan as Sunnah yang bukan merupakan karya pakar ekonomi Islam, namun pengetahuan langsung dari sang Maha Pencipta, Allah Subhana wa ta’Allah. Di sisi lain, sumber pengetahuan ekonomi konvensional adalah intelegensi dan institusi akal manusia melalui studi empiris. Perbedaan kedua, terletak pada motif prilaku itu sendiri. Ekonomi syariah dibangun dan dikembangkan di atas nilai altruism,sedangkan ekonomi konvensional berdasarkan nilai egoisme.

Prinsip yang luar biasa dan bukan hanya memberi batasan-batasan moral saja, namun mengandung konsekuensi bangunan ekonomi yang signifikan berbeda dengan sistem ekonomi konvensional dari ekonomi syariah semakin menegaskan bahwa system ekonomi syariahlah yang dapat mengeluarkan perekonomian dunia yang semakin terpuruk. Mulai dari prinsip hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan, implementasi zakat, penghapusan/ pelarangan riba, gharar dan maisir, menjadi sistem bagi hasil (profit-loss sharing) dengan instrumen mudharabah dan musharakah sebagai pengganti sistem kredit dan bunganya yang membersihkan ekonomi dari segala prilaku buruk yang merusak sistem, seperti menipu dan judi, dan usaha-usaha yang halal.

Tunggu apa lagi kita saat ini? Aplikasikan system ekonomi yang paripurna yaitu ekonomi syariah..
JAYA EKONOMI SYARI’AH!!!
Salam Hangat ^_^ Evi Mulyani

Pemerintah atau Pasar?


Diawali pengamatan Galbraith sebagai penganut tradisi Marx dan Schumpeter bahwa perkembangan dan pendewasaan konsep mekanisme pasar yang menurut pengamatannya memiliki ekonomi makro yang tidak stabil, ekonomi mikro yang tidak efisien dan tiadk mampu mengurangi kesenjangan social. Atas pandangan tersebut Galbraith mengusulkan pentingnya intervensi pemerintah dalam kkegiatan ekonomi untuk menjaga kestabilan dan efisiensi ekonomi serta peningkatan pemerataan.


Berbeda dengan Friedman, mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan pandangan Galbraith bahwa campur yangan pemerintah diluar urusan public (seperti pertahanan, dan ketertiban umum) akan menyebabkan tidak efisiennya penggunaan sumber daya, terhambatnya kemajuan ekonomi, terhambatnya mobilitas social dan akhirnya akan mengurangi kemerdekaan berpolitik.

Pandangan pro pasar yang diwakili oleh Friedman sebetulnya dilandasi oleh idealisasi model kompetisi pasar yang sempurna yang cenderung menuju keseimbangan yang penuh dari ekonomi secara keseluruhan (ekonomi makro) dan penggunaan sumberdaya yang efisien baik perorangan maupun perusahaan (ekonomi mikro). Pandangan ini didukung oleh fakta kemajuan ekonomi pasar negara-negara industri Barat dan Jepang.

Salah satu penyebab intervensi pemerintah adalah faktor kegagalan ekonomi pasar. Ada dua kriteria yang lazim digunakan untuk menilai system pasar dan non pasar, yaitu efisiensi dan pemerataan. Jika system pasar dapat melaksanakan sesuatu dengan biaya yang lebih murah dan system nonpasar atau jika system pasar dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibanding system pasar pada harga yang sama, maka system pasar tersebut dianggap tidak efisien.

Dari kedua kriteria diatas, isu pemerataan biasanya lebih dominan dibanding dengan isu efisiensi dalam menjelaskan kegagalan pasar sehingga isu inti biasanya didominasi pertimbangan dagi intervensi pemerintah yang ekstentif terhadap system ekonomi pasar.