TOEFL PREPARATION COURSE

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 28 April 2012

Mengelaborasi Martabat Cerita Rakyat untuk Mengangkat Kearifan Lokal Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia, April 2012
oleh
Evi Mulyani
Mahasiswi Pendidikan Ekonomi 2009

Mata dunia perlahan menyaksikan pengikisan nilai-nilai budaya Indonesia. Kekerasan globalisasi menyumbat keagungan citra bangsa akibat adanya ekspektasi gusar tertinggal zaman. Indonesia dikhawatirkan oleh gejolak identitas kebangsaan. Tak ada ungkapan bangsa yang besar bagi Indonesia kini. Kita rentan tersulut kelincahan budaya asing yang semakin mewabah dan mencederai eksistensi budaya lokal yang sarat makna.



Kearifan lokal kini menjadi kearifan yang terisolasi. Kearifan lokal terliminasi dari primadona peradaban yang kian hari kian mendeklinasi. Penyeragaman dipaksa menjadi sebuah keniscayaan, lantas keberbedaan dianggap sebuah kekolotan. Kerap kali kita mengernyitkan hati atas peristiwa lumrah akan kemunafikan dan kenaifan untuk menampilkan kesejatian diri. Kearifan lokal yang sejatinya sebagai representasi keunikan ragam budaya di negeri besar ini, sungguh telah kian tergerus arus zaman. Akankah menjadi cerita usang? Mari kita berkontemplasi dan meruwat harapan dengan kembali memertahankan kearifan lokal sembari menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal.


Memutar Ingatan ke Memori Indonesiaku dulu


Ragam keunikan bangsa Indonesia dari sisi suku, budaya, etnis, dan yang lainnya merepresentasikan karakteristik masing-masing. Harmonis bergerak beriringan mengemukakan kekhasannya yang sarat menyiarkan kearifan yang pada masa-masa lalu terpatri menjadi salah satu sumber nilai dan inspirasi agung dalam merajut dan mengonstruksi kehidupan.
Sejarah mendemontrasikan, masing-masing etnis dan suku memiliki kearifan lokal. Tilik saja beberapa suku dan etnis di Indonesia, Jawa begitu kentalnya dengan kelembutan, suku Batak nyaris kental dengan keterbukaan, suku Madura memiliki harga diri yang tinggi, etnis Cina dengan keuletannya yang mengemuka. Lebih dari itu, masing-masing mengelaborasi keakraban dan keramahan dengan lingkungan alam yang mengitari mereka.
Kearifan lokal lahir dari rahim tanpa serta merta. Ia lahir dari rahim perenungan yang dalam. Mahapanjang proses perjalanan kearifan lokal sehingga akhirnya terbukti mengemuka, hal itu sarat kebaikan bagi roda kehidupan. Keterujiannya dalam sisi ini membuat kearifan lokal menjelma menjadi budaya yang mentradisi, melekat hebat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai batas tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek lokalitas budaya ini. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya, mengeram visi terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera, dan damai. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain.
Dewasa ini nilai-nilai luhur kearifan lokal mulai kehilangan kemurnian substansi. Kini yang tampil tak lebih dari sekadar topeng. Faktanya, hari ini budaya masyarakat Indonesia hampir keseluruhan mengalami reduksi dan deklinasi, menampilkan diri bak pajangan yang sarat formalitas. Kedatangannya tanpa kesejatian diri tak lebih untuk keuntungan diri.
Segudang upaya membangun kesejatian diri bangsa Indonesia termasuk penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidariatas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air dirasakan membias. Tentu banyak faktor yang membuat kearifan lokal secara umum kehilangan keberingasannya. Tak hanya menyalahkan masyarakat dalam memaknai secara kreatif dan kontekstual kearifan lokal mereka, faktor yang lainnya adalah pragmatisme dan keserakahan yang biasanya dimulai dari sebagian elit masyarakat. Memanfaatkan kearifan lokal secara artifisial sekaligus mencederai dan menyayat-nyayat nilai-nilai agung didalamnya.
Kompleksitas bencana budaya semakin telak menyeruak kepermukaan. Masyarakat terjerembab dalam kondisi dilematis, tak mampu memandang, apalagi menyelesaikan.
Mendongkrak kearifan lokal bukan mimpi yang mustahil untuk direalisasikan. Masyarakat Indonesia sudah saatnya menilik kembali kesejatian diri melalui pemaknaan dan pembangunan nilai-nilai luhur budaya mereka.
Mengelaborasi Martabat Cerita Rakyat
Pengukuhan eksistensi kearifan lokal diperlukan pemertahanan budaya lokal. Budaya lokal kental dengan budaya yang dimiliki suatu wilayah yang mencerminkan keadaan sosial diwilayahnya. Ketika bangsa lain rendah akan warisan budaya lokal, dengan geliat mentaktisi untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh ironis jika Indonesia yang kaya warisan budaya lokal lantas mengabaikan pelestariannya. Seperti sebuah tamsil “menggapai burung terbang sementara punai ditangan dilepaskan”. Salah satu budaya lokal yang menjadi primadona dan sangat relevan untuk mendongkrak eksistensi kearifan lokal adalah cerita rakyat.
Terlalu naïf apabila menganggap cerita rakyat hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nilai, melainkan ada hal paripurna yaitu memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan, dan mentransformasi nilai-nilai dari generasi ke generasi berikutnya.
Penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat diyakini akan melekat sampai dewasa. Ia menyampaikan amanat dan nilai-nilai, termasuk nilai-nilai pendidikan kepada pembaca. Pesan moral dalam cerita rakyat sejatinya akan ditemukan oleh pembaca.
Pesan moral dalam cerita rakyat merupakan hal terpenting sebagai bahan kontemplasi dalam merajut nilai-nilai dan melakoni kehidupan yang baik. Misalnya, cerita rakyat “Malin Kundang” di daerah Sumatera Barat berkisah tentang seorang anak yang mendurhakai ibunya sehingga dikutuk menjadi batu. Kisah Malin Kundang menyemburatkan dengan kuat bagaimana seorang anak harus hormat kepada orang tua. Berbagai macam tokoh dan watak tersajikan dalam cerita rakyat dapat dijadikan pelajaran yang luhur. Lebih dari itu, setiap cerita rakyat merepresentasikan budaya lokal suatu wilayah sehingga sangat layak jika cerita rakyat dapat mengangkat kearifan lokal. Tak penting dengan keaslian cerita rakyat. Yang terpenting adalah martabat dan nilai-nilai luhur yang mengkristal yang dapat menulari jiwa akan kecemerlangan telaga kearifan lokal.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menginisiasi pembangunan manusia Indonesia dan sungguh relevan dengan perkembangan zaman. Pada hakikatnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tak hanya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan wawasan.
Melejitkan kearifan lokal yang komprehensif dengan cerita rakyat ke puncak bukan oase di gurun pasir. Meruwat mimpi mengenalkan dan memertahankannya adalah melalui dunia akademis. Salah satu upaya tersebut melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam panggung otonomi daerah, selayaknya kearifan lokal diperkenalkan kepada para penikmat pendidikan. Bahkan, dalam penyusunan kurikulum ditingkat pendidikan sekolah dasar dan menengah sudah selayaknya mengintegrasikan budaya lokal ke dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bahasa dan Sastra Indonesia berbicara mengenai budi, imajinasi, dan emosi, juga sebagai karya kreatif yang lahir sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra dapat berinfiltrasi terhadap daya emosi, imajinasi, kreatifitas, dan intelektual. Cerita rakyat yang merupakan jelmaan prosa sudah sepantasnya mulai dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah.
Taktis mengonstruksi kearifan lokal kepermukaan dengan cerita rakyat melalui pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia berarti mengupayakan penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal, seperti nilai religious, nilai moral, tak terkecuali pula nilai-nilai kebangsaan. Muaranya, penanaman nilai-nilai budaya lokal untuk mengangkat kearifan lokal dengan cerita rakyat diprediksi akan mengimbangi pengaruh budaya asing yang semakin menggurita dimasyarakat kita.
Proses deklinasi yang selama ini nampak jelas kita saksikan sudahlah cukup sampai disini. Mengangkat kearifan lokal dengan mengelaborasi cerita rakyat melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah tamsil oase di gurun pasir. Melainkan sebuah langkah kecil tapi pasti yang ditunggu bangsa besar ini, bangsa Indonesia untuk menemukan kembali kesejatian diri.