TOEFL PREPARATION COURSE

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 22 Juni 2014

Pare Part 1

Aku sebut diriku aku bukan saya, ini pertanda kalau kamu aku anggap sebagai teman, oh bukan, tapi teman dekat. Aku terbiasa memakai kata “aku” dan diikuti semua kata-kata tidak formal kalau aku bercerita dengan teman dekat.

Kamu bener-bener aku anggap teman dekat, jadi aku berani untuk curhat. Ini tentang Pare, sebuah kampung di Jawa Timur yang biasa disebut Kampung Inggris.

Niatan pergi ke Pare sudah sejak lama sebenernya, dari mulai tingkat tiga. Tapi banyak hal yang tidak memungkinkan untuk aku pergi kesana. Singkat cerita di tingkat 4 aku udah memutuskan untuk pergi ke Pare bulan September atau November  dengan asumsi aku udah sidang bulan Agustus dan Desember kembali ke kampus buat wisuda. Nyatanya, skripsiku belum selesai apalagi untuk sidang. Menyedihkan memang! Dibulan September setelah 5 Bab aku rampungkan skripsiku harus aku revisi total dari uji pengaruh ke deskriptif. Aku anggap ini murni kesalahan kita bersama –aku dan dosen pembimbingku(karena kita baru menyadari ada sesuatu yang kurang cocok setelah aku membereskan bab 5, aku ga habis pikir, padahal dospemku itu orangnya keren, teliti, dan terkenal cerdas –no body is perfect-). Hm kalau ingat skripsi ingat beberapa kakak tingkat yang aku repotkan, direpotkan buat diajak curhat, mendengar tangisan aku, mendengar kekecewaan atau kekesalanku. Hehe. Ya memang saat-saat mengerjakan skripsi, kakak tingkat benar-benar useful banget.

Ok, aku ganti planningku pergi ke Pare jadi bulan Januari. Alhamdulillah tepat di bulan Desember aku sidang dan 23 Januari aku berangkat ke Pare (tentunya aku sudah membereskan semua urusan akademikku dikampus).

Aku berangkat berempat. Aku, Elis, Nurul, dan Teh Tuti. Waktu itu kita pake kereta Kahuripan, harganya Rp105,000. Itu kelas ekonomi. Semua kereta ekonomi sekarang ber-AC. Kita berangkat dari stasiun Kiaracondong pukul 20.30 nyampe Stasiun Kediri pukul 10.00an hari Jumat.

Parahnya kita disana belum booking kostan atau camp. Untunglah ada teman disana, Mira namanya, jadi barang-barang kita simpan di kostannya sampai kita dapet kostan. Hari pertama datang ke Pare kita langsung keliling-keliling tempat kursusan –karena kita belum final memutuskan mau kursus dimana meski kita udah searching dan diskusi berjam-jam-. Kita keliling-keliling Pare (berjam-jam) untuk menentukan program apa dan lembaga yang akan kita ambil. Makin banyak tempat yang kita datangi makin bingung untuk menentukan (bayangkan disana kabarnya ada ratusan kursusan). Sampai kita hubungi teman satu lagi yang disana, namanya Ades, minta pertimbangan, alhasil muakin bingung. Bingung kenapa? Karena GOAL aku pengen mahir TOEFL dan Speaking dalam waktu 2,5 bulan dengan kondisi background Bahasa Inggris aku yang lack banget daaaan uang yang aku bawa pas-pasan. Haha. (Ini akan menjadi pertimbangan yang sangat sulit).

Aku ga tahu kondisi setiap kursusan waktu itu. Pokoknya aku tertarik dengan dua kursusan, Access sama Test. Access goalnya mahir IELTS tapi belajarnya 4 bulan eh apa 6 bulan ya? lupa. Kalau Test goalnya bisa IELTS bisa TOEFL belajarnya 3 bulan ditambah 1 bulan bisa jadi pengajar disana. Dua kursusan ini terkenal mahal bahkan sangat mahal di Pare, bisa dibilang Test paling mahal. Aku agak tertarik sama yang mahal-mahal. He (padahal uang yg dibawa dikit. hihi)

Aku, Elis, sama teh Tuti berdiskusi panjang dan akhirnya berencana (baru rencana) untuk masuk Test. Karena awal periode di Test itu setiap tanggal 10 setiap bulannya, jadi terpaksa kita harus mengisi waktu 2 minggu di tempat lain.

Bingung kembali, karena harus memutuskan program dan lembaga apa yang cocok kita pilih? (karena kita sangat berhati-hati, ceritanya).

Ohya, kita keliling-keliling Pare jalan kaki lho, wow! Ga ada pemandu, ga diantar teman, kita bertiga panas-panasan dan bermodalkan peta di smartphone kita. Untungnya ada Teh Tuti, dia leader aku sama Elis. Dia mampu membaca peta dengan sabar. Jadi dia yang jadi petunjuk jalan. Karena aku sama Elis udah capek duluan ditambah suhu yang sangat panas. Kita ikut aja kemanapun Teh Tuti pergi.

Guys, sampai bada magrib kita belum memutuskan lembaga untuk kita belajar selama dua minggu. Yasudah kita lanjut ke misi berikutnya yaitu mencari kostan. Dengan dasar kita akan menghabiskan banyak uang di lembaga yang mahal nanti, jadi kita putuskan mulai detik itu untuk hidup hemat sehemat-hematnya. Jadi kita nyari kostan yang murah, semurah-murahnya.

Sampai malam pukul 21.00 kita belum nemu tuh kostan yang murah. Haha kebangetan emang kalau inget-inget masa itu. Alhasil kita harus nginep semalam dikosan temenku itu. Menginap dikosan temen itu sangat ga recommended karena bakal ngerepotin dan ga enak bgt ke yang punya kostan.

Besoknya alhamdulillah kita dapet kostan murah bahkan mungkin paling murah. Mau tau harganya? Rp130,000 sebulan perorang. Karena kita Cuma dua minggu disitu jadi kita Cuma bayar Rp65,000. Ini bener-bener murah! Paling murah di Pare! Tapi kamu jangan bayangin fasilitasnya! Karena kita lihat harganya bukan fasilitasnya. Lanjut, kita sewa sepeda, dan ini juga ceritanya kebangetan. Kita usahakan nyewa sepeda yang paling murah. Sebisa mungkin kita bisa hemat meski beberapa puluh ribu. Dapetlah sewa sepeda dengan harga Rp50,000 sebulan dengan kondisi karatan disana sini dan warna yang tidak pasti.

Dihari yang sama, keluar gagasan bagus buat nyari kursusan yang murah juga. Alhasil kita nemu deh kursusan murah, yaitu Kresna. Aku sama Elis ngambil kelas Planet Speaking dan teh Tuti ngambil Pre Planet Speaking di Kresna selama dua minggu.

Banyak cerita menarik di Planet Speaking, akan aku ceritakan... belum nemu hikmahnya? mmm, aku belum benar-benar bercerita.

To be continued ^^




Selasa, 10 Juni 2014

Pernikahan Berbeda Haraqah

Tiba-tiba saya ingin melampirkan ini, mengenai pernikahan yang berbeda harakah, saya lampirkan kesimpulannya saja karena sebenarnya tidak sedikit yang sangat memerlukan kesimpulannya.

Saya terlanjur tertarik dengan kesimpulan jelas dari www.syariahpublications.com "Pernikahan lintas harokah lebih banyak sisi negatifnya dari pada sisi positifnya. Resiko yang kita tanggung terlalu besar dari pada keuntungan yang sebenarnya bisa kita dapat dengan cara-cara lain. Oleh karena itu, bagi anda yang akan menikah, carilah pasangan yang sepaham dengan anda. Jangan sembarangan memilih calon pasangan. Ingat, kita menikah bukan untuk waktu yang sementara tapi untuk selama-lamanya. Apakah kita tidak ingin pasangan kita di dunia ini juga akan menjadi pasangan kita di akhirat nanti? (Jombang, 10 Syawal 1431 H).

yap, saya fikir jika didasarkan pada fiqih pernikahan berbeda harakah itu sah-sah saja, tapi belum menjamin dengan maslahat dan mafsadatnya.

berlanjut pada hal selanjutnya, bagaimana jika menikah dengan ikhwan atau akhwat hanif bahkan ammah?

Muhasabah Ramadhan 2014

Hari-hari indah dan yang didambakan itu kini hampir tiba, hari-hari terdapat pada bulan yang sangat istimewa, tamu nan agung yang selalu dinanti-nanti oleh semua orang yang merindukannya, dia adalah bulan ramadhan, bulan rahmah, bulan maghfirah, bulan berkah, bulan sabar, bulan Qur’an, bulan shadaqah, bulan pendidikan, dan madrasah bagi orang-orang yang beriman, bulan dilipatgandakan pahala dari setiap amalan yang dikerjakan didalamnya.

Hanya menghitung hari ukhtifillah, ramadhan akan sampai dihadapan kita. Bagaimana dengan hati-hati kita? Apakah bahagia dan merasa senang dengan kedatangannya? Atau merasa berat dan tersiksa dengan kedatangannya?

Ada yang menyambutnya dengan bahagia karena mereka terbiasa melaksanakan puasa dan melaluinya dengan lapang dada, mereka adalah umat yang terbiasa dan berbekal dengan ketakwaan.
Tapi, ada yang menyambutnya dengan santai, acuh, seolah-olah tidak mengerti maksud kehadirannya, atau bahkan, keadaannya sesak, keluh kesah, dan berat dengan ramadhan. Termasuk yang manakah kita? 

Ramadhan datang membawa kabar gembira, ia menyapa hamba-hamba Allah dengan rahmat dan maghfirah. Allah menjanjikan begitu banyak keistimewaan, Allah menjanjikan pahala yang besar bagi kita yang senantiasa menghiasi Ramadhan dengan ibadah dan amal sholeh.

Relakah membiarkan bulan ramadhan berlalu tanpa bekas? Tanpa persiapan diri sebaik mungkin dalam menyambutnya? Padahal, maghfirah Allah siap menyambut hamba-hamba yang bersungguh-sungguh mengejarnya.

Masih ingatkah bagaimana persiapan kita dalam menyambut ramadhan tahun lalu? Istimewa kah atau biasa saja? Mari saat ini kita bercita-cita menjadi pribadi yang jauuh lebih baik daripada sebelumnya. Mari kita persiapkan, persiapkan untuk meraih manisnya ketaatan beribadah di bulan ramadhan. 

Azzamkan dalam hati, tentang cita-cita besar yang ingin kita capai di ramadhan kali ini. Azzamkan dalam hati, tentang amal unggulan yang akan kita persembahkan di ramadhan kali ini. 
Ramadhan adalah peristiwa yang amat cepat, hanya sekejap, semuanya berlangsung singkat. Kita pun harus menunggu setahun untuk bertemu kembali dengan Ramadhan. Ya Allah, masih adakah kesempatan usia yang Engkau berikan agar kami dapat merasakan kembali nikmatnya ketaatan beribadah di bulan itu?

Ya Allah, kami ingin ramadhan kali ini menjadi ramadhan yang sempurna, ramadhan yang terbaik seperti ramadhannya Nabi dan para sahabat. Ramadhan yang sanggup menembus kemenangan gemilang, ramadhan yang sanggup melahirkan karya-karya besar, prestasi, dan kemenangan, ya Rabbana.

Ya Allah, kami mohon ampun atas amalan kami yang tak terjaga, kami mohon ampun atas kelalaian yang meliputi hari-hari kami, kami mohon ampun atas muamalah buruk kami kepada saudara-saudari kami mohon ampun atas maksiat yang sering kami lakukan.

Ya rabbana, masukkan kami kedalam hamba-hamba yang bertaqwa.
aamiin


Evi Mulyani
disampaikan di Tarhib Ramadhan 2014 [Al-Furqon UPI]

Minggu, 20 Oktober 2013

Online Journals

Journal lovers, surf please at these addresses:













1. EBSCOhost (http://search.ebscohost.com/)
2. ProQuest (http://search.proquest.com/)
3. JSTOR (http://www.jstor.org/)
4. OSIRIS (https://osiris.bvdinfo.com/version-20131016/home.serv?product=osirisneo)
5. Emerald (http://www.emeraldinsight.com/)
6. IMF (http://elibrary-data.imf.org/)
7. IEEE (http://www.computer.org/advanced/simplesearch.jsp)
8. Springer Link (http://link.springer.com/)
9. Science Direct (http://www.sciencedirect.com/)
10. ADB (http://www.adb.org/)
11. World Scientific (Journal of International Commerce, Economics, and Policy) (http://www.worldscientific.com/worldscinet/jicep)

thank you for the special visitation, faithfully yours @evimulyanii :D

Kamis, 14 Februari 2013

Lapis Lazuli

Malam memekat legam tidak pernah salah
serupa detak-detik menyibuk berbarengan
Tak pernah salah
Tak akan pernah salah

Angin bertalah-talah merisik halus dua-tiga kata:
serupa lapis lazuli yang mengedar kala nanti
Syurga Cita Kita

-Dandelion-


Selasa, 22 Januari 2013

Waiting

Buatlah hidupmu yang penuh dengan penantian itu selayak mungkin
-L. Socrates-

-menunggu ajal menjemput-

Minggu, 04 November 2012

Determined


 


Abece berhamburan
memantik rasa penasaran
ini adalah kemudian, lalu, dan seterusnya

Aurora



Prosa yang kutulis di aurora
Kamu australis dan aku borealis
Kembalilah puitik karena klausa yang hilang itu kamu
#bercengkrama dengan malam

Jumat, 07 September 2012

Etika Bukan (Est)etika

Oleh Evi Mulyani 
Perangai fadil mahasiswa sebegitu benyai. Kaum yang kerap bergelar sebagai kaum pembaharu dan intelek ini kehilangan elan perjuangan. Menobatkan akademis sebagai perkara halal mahasiswa untuk mengalineasi dirinya dalam percaturan politis dan social.
Padahal Mao Tse Tung bertutur “tuntutan akademis dan aktivitas politis adalah dua hal yang saling melengkapi, bukan malah bertentangan”.

Kekesatriaan mahasiswa benar-benar berada dalam kesompekan. Budaya ku-pu-ku-pu- (kuliah pulang kuliah pulang) melahirkan generasi masa depan yang memar: tak sadar identitas, tak sadar peran, harus apa dengan cara apa apalagi untuk siapa. Sudut altruisme berbahana if it is pointless, I will not do!.

“Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah the happy selected few, yang dapat kuliah, dan karena itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya” singkap Soe Hok Gie. Aktivis asal Indonesia ini tak asal bicara. Mahasiswa adalah generasi penerus yang mampu memajukan dan mengharumkan nama bangsa, generasi yang cerdas dalam belajar dan kritis dalam kenyataan sosial sehingga Agent of change –istilah Auguste Comte- atau agent of modernization –istilah Ali Syariati- tak relevan untuk dibantah.

Konsepsi Mayor

Mahasiswa dibekali potensi akal yang superior dan potensi kehendak yang tidak inferior. Pemikiran dan pengetahuan dapat mengantarkan mereka untuk merebut masa depan Indonesia yang lebih baik. Proaktif dalam mengembangkan kapasitas diri sehingga dapat berselancar dalam panggung negara untuk memerbaiki kondisi bangsa. Kehendak untuk bertindak dan bergerak dapat mengantarkan mereka untuk menyongsong masa depan Indonesia yang lebih cerah. 

Imaji atas mahasiswa sebegitu hebat. Superioritasnya sudah banyak direkam sejarah. Efek dari elan perjuangan mahasiswa sangatlah besar sehingga mampu memainkan peran dengan sangat memukau dalam panggung kehidupan berbangsa. Sosok prime mover ini bahkan dapat merubah politik pada suatu negara.

Tilik saja serangkaian peristiwa penggulingan yang diperankan oleh mahasiswa, seperti penggulingan Juan Peron di Argentina tahun 1955; Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958; Soekarno di Indonesia tahun 1966; Ayub Khan di Pakistan tahun 1969; Reza Pahveli di Iran tahun 1979; Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987; Ferdinand Marcos di Filipina tahun 1985; Suharto di Indonesia tahun 1998.2

Elan perjuangan mahasiswa akan membentuk wajah Indonesia kedepan. Mahasiswa wajib sadar dan bangkit untuk menghegemoni Indonesia. Mahasiswa wajib tampil di setiap lini kehidupan terutama politik dan ekonomi.

Bukan Estetika Politik melainkan Etika Politik

Bersukat untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik tak semudah membalikkan telapak tangan. Mahasiswa bukan tukang sulap yang tinggal mengucap mantra Pak Tarno, “Bim salabim jadi apa prok prok prok!” sehingga butuh pemikiran yang matang untuk memulai darimana mahasiswa harus bertindak.

Menilik roman budaya politik yang berkembang pada era reformasi, kekuasaan telah menjadi orientasi primer yang saban kali berkelebat mengeruhkan struktur politik demokrasi. Patron klien sebagai budaya politik tak jarang melahirkan pola kekuatan orientasi individu yang berelaborasi pada kekuasaan daripada sebagai pelayan publik. 

Menggantungkan tingkah laku elite politik pada kehidupan berpolitik berpola patron klien perlu ditelisik kembali apakah tingkah laku tersebut berdasar pada kepantasan politik (estetis) atau moralitas politik (etis).

Estetis kerap bereda pada gimmick elegan; kecakapan, keelokan, kebiasaan, kepatutan tingkah laku. Bersandar telak pada estetika seolah tak mudah meninjau ulang kebiasaan dan kecenderungan yang ada dalam tingkah laku politik. Berpatri pada rujukan persepsi budaya politik, suatu pola tingkah laku diterima karena sudah biasa diterima. Misal, adalah wajar melaksanakan pembangunan politik dengan berbiaya tinggi, merasa nyaman ketika tidak menggunakan hak pilih. 

Lain hal dengan moralitas politik (etis), menancap pada norma-norma yang ada dalam hukum dan sensibilitas politik yang dianut sehingga muncul pada dua penekanan; tingkah laku politik dapat dibenarkan atau harus ditolak. Artinya, mendulang kemungkinan terurainya kekeliruan budaya politik berdasarkan patokan yang disepakati. Dimensi altruisme etis diterima berpatok pada alasan-alasan yang membenarkan penerimaan tersebut. Menolak money politik atas dasar norma-norma yang telah dianut, memerketat hukum pemilu tentang tata cara dan etika kampanye yang benar, adalah benar-benar berdasar pada moralitas politik. 

Pembaharuan positif disini perlu diusung. Mahasiswa mesti mengusung pergeseran nyata dari estetika politik kepada etika politik yang didukung oleh peralihan nyata dari pemikiran didasarkan pada budaya politik kepada pertimbangan berdasarkan moralitas politik. Matra moralitas politik (etik) berfaedah tinggi dan mencerdaskan (bukan menyesatkan) masyarakat.