TOEFL PREPARATION COURSE

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 14 April 2012

Eksternalitas Ekonomi


Mari menganalisis eksternalitas ekonomi perkembangan wisata alam berkelanjutan pada kawasan Baturaden, Purwokerto Jawa Tengah.

Sector industry pendukung wisata seperti hotel dan restoran hanya menyumbang 2,2% terhadap produk domestic bruto (PDB) dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, sector wisata dipercayai mempunyai masa depan atau prospek yang bagus untuk perkembangan ekonomi regional. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan pada sector lain dan kesempatan kerja sebagai akibat pengaruh ekonomi secara berantai dari sector indsutri hotel dan restoran. Artinya, sector kemampuannya menyediakan kesempatan kerja bagi penduduk setempat.

Meskipun sector pariwisata belum menunjukkan pengaruhnya yang besar terhadap PRDB, tetapi diyakini akan menjadi andalan, terbukti dengan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan sector primer seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, dan kehutanan. Selain mendatangkan devisa, sector pariwisata dapat meningkatkan penanaman modal (investasi) dan merangsang pertumbuhan sector ekonomi lainnya karena perlu pasokan dari sector lainnya.

Peningkatan nilai tambahan atau permintaan akhir sector pariwisata diyakini akan menjadi andalan bagi wilayah Jawa Tengah untuk meningkatkan PRDB. Industri pariwisata dapat memajukan perekonomian daerah karena merupakan sector yang  padat karya, mempunyai daya serap yang besar terhadap tenaga kerja, serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Membangun Manusia Indonesia

Oleh
Evi Mulyani*

Dalam pidato kenegaraan Presiden Soeharto tanggal 16 Agustus 1984 menyatakan, bahwa “yang menjadi andalan utama pembangunan Indonesia bukanlah kekayaan alamnya yang melimpah ruah, melainkan kualitas manusia Indonesia. Kualitas manusia Indonesia itulah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya usaha bangsa Indonesia untuk tinggal landas nanti.”



Pidato mantan Presiden Indonesia diatas telah mengonfirmasi bahwa andalan utama pembangunan Indonesia adalah kualitas manusianya. Kini, berbicara kualitas manusia Indonesia malah memunculkan masa kelam. Pasalnya, kualitas manusia Indonesia perlahan kian merosot. Berdasarkan data United Nations Development Programme (UNDP) tanggal 2 November 2011 merilis angka Human Development Index (HDI) Indonesia 2011 sebesar 0,617. Dengan nilai tersebut, peringkat Indonesia berada diposisi 124 dari 187 negara. Human Development Index (HDI) Indonesia tahun 2011 tersebut melorot 16 peringkat dibandingkan tahun lalu yaitu di peringkat 108. Peringkat Indonesia juga tercatat berada di bawah rata-rata kawasan Asia Timur dan Pasifik, yaitu sebesar 0,671.

Human Index Development (HDI) merupakan komposit dari indeks kesehatan yang diukur dari angka harapan hidup saat lahir yaitu sebesar 69,4 tahun. Dari sisi penghasilan, pendapatan per kapita Indonesia baru sekitar US$ 3,716. Indonesia juga masih tertinggal soal keberlanjutan ekonomi (sustainability) yang diukur berdasarkan jumlah tabungan bersih, Indonesia hanya 11,0. Indonesia hanya unggul dalam hal indeks ketidaksetaraan gender dan jumlah populasi. Indeks ketidaksetaraan gender Indonesia sebesar 0,505.

Untuk populasi, Indonesia saat ini memiliki jumlah yang fantastis, yaitu 242.325.000 penduduk. Dari sisi pendidikan, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun keatas sebesar 92,2 persen; angka partisipasi kasar sebesar 117 persen; angka harapan anak usia sekolah hanya 13,2 tahun dan angka harapan rata-rata tahun sekolah atau rata-rata lama mengenyam bangku pendidikan bagi penduduk usia diatas 25 tahun yaitu 5,8 tahun.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar orang Indonesia tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Ironis. Begitu pula dengan harapan lama sekolah yang hanya sebesar 13,2 tahun, itu artinya secara umum orang Indonesia hanya akan mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja.

Banyak tanya menyeruak keruang publik, bagaimana mungkin negara yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa dengan dianugerahi Tuhan sumber daya yang tidak akan ada habisnya. Emas, intan, berlian, uranium, minyak bumi, hingga batubara disediakan Tuhan dengan stok berlimpah, disediakan segala hal yang bahkan tak dimiliki negeri para dewa. Negara yang merdeka lebih dari 66 tahun silam setelah lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang dipandang matang untuk membangun bangsanya. Segala hal di negeri ini diciptakan istimewa oleh Sang Pencipta, masih tergopoh-gopoh untuk keluar dari keterpurukannya?

Bagaimana mungkin negara yang terbebas dari dentuman meriam dan rentetan senapan mesin yang menyalak dahsyat, terbebas dari kepanikan, keributan, kekacauan, kegelisahan, terbebas dari kilatan-kilatan cahaya membabi-buta yang membuat takut untuk melangsungkan kehidupan belum juga keluar dari ketertinggalan kualitas manusianya?

Kabarnya, bidang pendidikanlah yang banyak mencederai peringkat IPM Indonesia di tahun 2011. Padahal bidang pendidikan yang selama ini mendapatkan kucuran dana terbesar dari APBN. Dua puluh persen dari APBN telah dialokasikan khusus untuk bidang pendidikan. Apakah dana sebesar itu belum mampu mendanai semua agenda pendidikan di Indonesia? Ataukah dana sebesar itu tidak tepat sasaran? dua tolok ukur IPM lainnya yaitu bidang kesehatan dan pendapatan per kapita.

Seharusnya, dengan dana kesehatan yang telah dinaikkan menjadi 5% IPM Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Selanjutnya, program-program lain yang dilakukan pemerintah seperti peningkatan jumlah lapangan kerja terutama bagi masyarakat miskin, jaminan sosial bagi masyarakat tidak mampu, pemberdayaan masyarakat di kawasan terpencil, belum juga mencapai hasil yang signifikan.

Kecurigaan besar acapkali tertuju pada bidang pendidikan yang kabarnya banyak mencederai IPM Indonesia tahun 2011. Pemicu terbesarnya disinyalir rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan. Terbukti sampai saat ini tidak semua penduduk mampu menggapai akses terhadap pendidikan apalagi masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil. Hal tersebut diperparah oleh ulah pemerintah dibeberapa daerah tertentu yang rupa-rupanya abai dan kurang serius dalam mengelola pendidikan, sikap yang passive dan cenderung kurang pro aktif dalam memajukan pendidikan sehingga wajar saja apabila bidang pendidikan menempati urutan pertama penyebab IPM Indonesia merosot.

Hal lain dari bidang kesehatan, service kesehatan yang diberikan kepada masyarakat masih perlu banyak dievaluasi. Mengingat potret anak Indonesia yang terkena gizi buruk terbilang menggurita untuk beberapa daerah tertentu, pelayanan kesehatan bagi ibu hamil masih sangat mengkhawatirkan. Bantuan kepada masyarakat miskin seperti peningkatan jumlah lapangan kerja masih belum terasa adanya belum lagi diperparah dengan adanya kesenjangan social yang semakin besar, wajar saja apabila pendapatan perkapita Indonesia masih sangat rendah.

Ada bayangan suram tentang masa depan kualitas manusia Indonesia, terutama ketika kita hendak memproyeksikan bangsa ini dalam zona sengit globalisasi dan pasar bebas. Kondisi yang memprihatinkan dan prestasi yang memalukan terus menggelayuti pikiran hingga timbul pertanyaan, akankah kita keluar dari keterpurukan ini?. Saat ini tidak ada yang lebih penting daripada memikirkan langkah mercusuar untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal ini tentu memerlukan analisis yang lebih mendalam untuk menemukannya. Membangun manusia Indonesia menjadi lebih berkualitas dibutuhkan langkah berani yang focus dan serius.

Setidaknya ada tiga solusi yang tak dapat diacuhkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia berdasar pada potret kualitas manusia saat ini. Pertama, perbaikan akses terhadap pendidikan dan kesehatan masyarakat, sebab baik pendidikan maupun kesehatan pada kenyataannya belum juga menggurita apalagi dinikmati semua masyarakat, terutama untuk daerah terpencil. Langkah tersebut akan lebih essential apabila dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan anak-anak sejak usia dini.

Kedua, panggung pendidikan harus mempunyai road map yang jelas. Evaluasi secara berkala pada bidang pendidikan, agar tercipta awareness dan lebih pro aktif, serta lebih kontras dalam memandang masalah sehingga lebih pandai menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan.

Ketiga, giatkan desentralisasi (otonomi daerah). Menurut Kepala Perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) di Indonesia, El-Mostafa Benlamilia menyatakan, bahwa kesenjangan ekonomi dan pendidikan di Indonesia akan berkurang bahkan hilang apabila desentralisasi (otonomi daerah) dijalankan dengan baik. Dibarengi dengan meningkatkan kapasitas di daerah terutama pemerintah daerah dan masyarakatnya akan menjadi langkah komplemen yang cukup berarti. 

Histori angka-angka Human Development Index Indonesia yang selama ini tertuang di United Nations Development Programme (UNDP) memang belum fantastis. Namun, sudahlah cukup sampai disini kita menyaksikan proses stagnasi pembangunan yang parah seperti yang dikabarkan UNDP kepada kita. Meningkatkan kualitas manusia Indonesia bukan mustahil untuk dicapai.

*Mahasiswa Pendidikan Ekonomi UPI 2009